KILAS BALIK ; EKA ELLYSHA GENERASI PELESTARI & WIRAUSAHA KREATIF BUDIDAYA MAGGOT BSF DENGAN SAMPAH ORGANIK
3 min readLPLH TN News, SURABAYA Jawa Timur – Pangeran & Puteri LH Sosok Eka Ellysha, Olah Sampah Organik dengan Maggot BSF September 16, 2021 Tunas Hijau Membuat proyek lingkungan hidup bukanlah hal baru bagi Eka Ellysha Diandra Ramadhani. Begitu juga keikutsertaannya pada Penganugerahan Pangeran dan Puteri Lingkungan Hidup 2021 bagi siswa SMPN 58 Surabaya ini.
Pada penyelenggaraan program tahun 2018, saat itu Eka masih siswa SDN Sidotopo Wetan I Surabaya, dia berhasil menyabet Runner up II Puteri Lingkungan Hidup 2018 tingkat SD se-Surabaya. Proyeknya pada tahun 2018 itu adalah budidaya tanaman okra yang kaya manfaat.
Pada penyelenggaraan program tahun 2021 yang diselenggarakan oleh Tunas Hijau bersama Pemerintah Kota Surabaya dan PLN Mobile – PT PLN (Persero) UID Jawa Timur, Eka melaksanakan proyek Buyamaka atau Budidaya Maggot BSF Eka.
Budidaya jenis belatung khusus yang dikenal sangat rakus memakan sampah organik itu dilakukan Eka di bagian depan rumahnya di Sidotopo Wetan Baru IV no. 2 Surabaya. “Ukuran kandangnya 110 cm x 57 cm x 190 cm,” kata Eka Ellysha.
Bagi Eka, proyek budidaya maggot yang dia laksanakan merupakan solusi mereduksi sampah organik. “Maggot mampu menghabiskan sampah organik lebih dari 2 kali dari bobot tubuhnya setiap hari,” terang Eka Ellysha Diandra Ramadhani.
Sangat banyak sampah organik diolah Eka dalam proyeknya ini. “Maggot BSF saya sudah mencapai 60 kg. Selama 8 bulan terakhir, saya mereduksi sampah organik sebanyak 4,5 ton. Saya juga menghasilkan pupuk bekas maggot sebanyak 51 kg,” kata penghobi membaca, menulis, jalan-jalan dan kuliner ini.
Sampah organik sebanyak itu didapatkan Eka dari banyak tempat setiap harinya. “Saya mengadopsi sampah organik Pasar Sidotopo, penjual buah di Kedung Cowek, Dipo Pasar Keputran, TPS Galaxi Mall Surabaya, dan warga sekitar rumah,” ujar putri pasangan Heru Susanto dan Dwi Sofiyani ini.
Eka juga mengadopsi sampah organik dari salah satu restoran di Galaxi Mall Surabaya, penjual buah kupas Jl. Pogot, ampas saridele dari penjual saridele Jl. Platuk dan toko buah di Jl. Kalilom.
Selama 8 bulan melaksanakan proyek budidaya maggot itu, Eka mengaku sudah pernah memberikan pupuk kasgot (bekas maggot) kepada warga sekitar sebanyak 12 kg. “Saya memberikan maggot BSF kepada warga sekitar 1650 gram, memberikan dry maggot 1 kg, penjualan kasgot 8 kg dan penjualan maggot BSF 400 gram,” tuturnya.
Banyak hal yang Eka suka dengan budidaya maggot BSF ini. “Yang paling keren adalah bisa mereduksi sampah organik rumah dan sekitar dalam waktu yang cukup singkat. Juga menghasilkan pupuk kasgot yang bagus untuk tanaman di rumah dan sekitar,” ujar terang siswa kelahiran Surabaya, 18 September 2007 ini.
Belia ini juga merasa senang karena tidak lagi harus membeli pakan untuk hewan piaraannya di rumah. “Budidaya maggot BSF bisa digunakan untuk pakan lele, kura-kura, ikan hias di rumah. Saya tidak lagi membeli pakan di luar,” jelas pelajar yang bercita-cita menjadi Kowal (Korps Wanita TNI AL) ini.
Eka juga merasa suka menggeluti budidaya maggot ini. “Saya sering berbagi ilmu kepada warga dan mitra binaan yang ingin berbudidaya maggot BSF. Bisa membuka peluang bisnis tambahan dari hasil penjualan produk,” Eka menambahkan.
Dalam menjalankan proyek lingkungan budidaya maggot sekaligus pengolahan sampah organik ini, banyak duka dan tantangan yang dia hadapi. “Maggot BSF sering kabur dari tempat biopond. Kandang BSF juga terkadang diserang oleh tikus, serangga, cicak dan burung,” Eka menerangkan.
Dia juga mengalami bahwa saat musim panas bisa membuat maggot BSF banyak yang mati. “Pemberian makan maggot BSF yang berlebihan atau terlalu basah bisa mengakibatkan maggot mati atau kabur dari biopond. Jadi perlu perhatian khusus,” tutur Eka Ellysha Diandra Ramadhani.
Penulis: Mochamad Zamroni – tunashijau.id 🌿